Kamis, 25 Juni 2009

Saat putri kembarku lahir ke dunia

Tanggal 7 Pebruari 2009, alhamdulillah Allah mengamanatkan kepadaku dua orang putri kembar, namanya Ayu Susetya dan Listya Susetya! Istriku, Muashofah melahirkan dengan susah payah melalui perjuangan tetesan keringat, darah dan air mata yang bercucuran membasahi pipinya. Selama ini, ia berjuang melawan parasit toksoplasma sejak keguguran tahun 2003 akhir! Aku terus memacu semangatnya untuk berobat sebagai langkah ikhtiar yang sungguh-sungguh, baik pengobatan secara medis maupun secara alternatif! Yakni, antara lain ke Prof Juanda yang praktik di hotel Narita Surabaya setiap bulannya, ke Mr Arnast yang praktik di Hotel Splendid Inn Malang, dan Mbah Sintok (tukang pijat dan peramu obat-obatan tradisional) di Ds. Bungur-Karangrejo-T.Agung, dan sebagainya.
Alhamdulillah..........

Minggu, 04 Januari 2009

Ken Arok Ken Dedes

Membaca Novel Ken Arok Ken Dedes karya saya, tentu sangat penting untuk melihat 'keberadaan' kita sebagai bangsa di masa lalu. Persoalannya, bagaimana kita melihat mengenai sejarah kita di masa lalu yang penuh intrik dan pertumpahan darah karena tergoda "tiga ta" (harta, tahta, wanita) seperti yang dilakoni Ken Arok beserta keturunannya dan keturunan Tunggul Ametung?!
Di sinilah perlunya kita bercermin di depan 'kaca banggala' sejarah yang penuh dengan romantisme sekaligus suasana intrik dan aksi balas dendam. Alm. Nurcholis Madjid (Cak Nur) pernah menyarankan kepada kita semua agar kita tidak menerus-neruskan aksi balas dendam setiap kali momen suksesi (pergantian kekuasaan).
Sanggupkah?
Semoga! Itulah sebabnya marilah kita melihat sejarah dengan suatu kesadaran baru; jangan terlalu bersedih hati (berkecil hati) melihat sejarah masa lalu, tapi juga jangan terlalu khawatir untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Kata Cak Nun, semakin jauh kita melihat ke belakang dalam pentas sejarah bangsa kita, maka kita akan semakin jauh pula menatap masa depan kita sebagai bangsa.
Renungkanlah!