Senin, 23 April 2012

Biografi Nafsu Manusia PTS Millennia

Dalam kehidupan di dunia ini, disadari atau tidak, hancur-tidaknya dunia ini sesungguhnya hanya ‘bergantung’ dari kondisi hawa nafsu manusia. Jika hawa nafsu manusia tergolong baik, tentu mereka bersedia dengan sepenuh hati menjalankan tugas sebagai khalifah fil ardh, yaitu memakmurkan bumi. Memakmurkan bumi lawan katanya adalah mengadakan kerusakan atau kehancuran, yang tak lain disebabkan oleh ‘kolaborasi’ antara hawa nafsu yang buruk dengan setan (iblis) laknatullah!

Bagi kaum muslimin yang berpegang teguh kepada kitabullah al-Qur’an, tentu tak asing dengan firman Allah Swt (QS Asy-Syams [91]: 9-10): “....sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Sementara, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Dzat yang baik (suci), maka Dia tidak akan menerima (sesuatu), kecuali yang baik (suci).” (HR Imam Muslim).

Dan, nampaknya tak terelakkan lagi bahwa dalam kehidupan ini terdiri dari dua golongan; yakni golongan baik dan golongan jahat (buruk). Golongan kanan dan golongan kiri. Atau golongan ahli surga dan golongan ahli neraka. Diturunkannya para Nabi/Rasul oleh Allah Swt ke muka bumi agar membimbing umat manusia ke jalan yang lurus atau jalan yang diridhai-Nya, tetapi di antara manusia ada yang mengikuti petunjuknya dan ada pula yang mengingkarinya. Yang mengingkari, tentu disebabkan oleh hawa nafsunya yang buruk! Mengapa mereka tidak mengikuti petunjuk Allah sebagaimana yang dianjurkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya?!

Demikianlah bahwa orang-orang yang mengingkari bimbingan dan tauladan para Nabi/Rasul Allah, biasanya disebabkan karena ambisinya untuk penguasaan “Tiga ta”; yakni harta, tahta, wanita. Ini tidak main-main, karena mereka benar-benar menyimpan “Tiga ta” tersebut di dalam hatinya. Jika demikian, karena hatinya tidak dipergunakan untuk dzikrullah (mengingat Allah), maka apalagi yang akan dilakukan jika bukan bertindak secara machiavelli; yakni menghalalkan segala macam cara untuk meraih keinginannya?!

Itulah tabiat orang-orang yang berhati kotor, yakni hati yang diselubungi oleh hawa nafsu busuk. Dan, keadaan seperti itu pernah diisyaratkan oleh Rasulullah Saw yang diriwayatkan Ibn ‘Asakir dari Ibn Umar bahwa di akhir zaman ada kecenderungan bahwa orang tidak lagi memperhatikan rezekinya, apakah didapatkan dengan cara yang halal ataukah haram. Selain itu, Nabi Saw juga mengingatkan bahwa kelak akan ada ‘zaman fitnah’, yakni seorang pejabat tak lagi bisa dipegang amanatnya, banyak ulama yang hanya ahli berpidato, tetapi tidak mengamalkan ajaran agama, bahkan banyak gangguan dari orang lain, dan seterusnya.

Dalam buku ini, penulis menguraikan secara detail dan rinci mengenai seluk-beluk hawa nafsu dan bagaimana caranya menundukkan, melembutkan, menjinakkan atau mengarahkan hawa nafsu ke arah yang benar. Yang paling utama, tentu kaum muslimin harus berusaha mengenyahkan jauh-jauh ‘hijab spiritual’; yakni terpesona oleh kemolekan duniawi, bujuk-rayu atau godaan setan, larut dalam kesenangannya kepada sesama manusia dan hawa nafsu itu sendiri. Dan, di antara empat poin ‘hijab spiritual’ tersebut, yang paling berat dilakukan oleh pelaku spiritual adalah menundukkan hawa nafsu.

Tidak ada komentar: